Terlahir dalam kehidupan yang penuh dengan perbedaan telah memberikan suatu awal kesuksesan bagi Barack Obama. Barack Obama dilahirkan sebagai keturunan african-american. Ayahnya, Barack Hussein Obama, Sr. berasal dari Kenya dan Ibunya, Ann Dunham yang tinggal di Hawaii, Amerika.
Saat berumur 6 tahun, Obama pindah ke Indonesia karena Ann telah bercerai dengan ayah kandung Obama dan menikahi pria keturunan Indonesia, Lolo Soetoro. Hanya 4 tahun di Indonesia, Obama akhirnya kembali ke Hawaii, menetap bersama kakek-neneknya. Disanalah dia melanjutkan pendidikannya, tepatnya di Columbia University serta Universitas Harvard.
Saat memasuki dunia kuliah, Obama sembari memulai dunia politiknya dengan mengikuti suatu lembaga swadaya masyarakat disana. Dari pengalaman-pengalaman itulah, Obama mendapat kepercayaan dari Partai Demokrat untuk memulai karir politik sesungguhnya. Alhasil, Obama dapat menjabat sebagai Senat Illinois hingga menjadi Senat AS. Tak sampai disitu saja, Obama memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai Presiden AS hingga akhirnya terpilih bahkan sampai sekarang untuk yang kedua kalinya.
Dari perjalanan hidup Barack Obama ini, saya dapat mengambil beberapa karakter utama yang mendukung kesuksesan beliau yang manarik bagi saya.
- Barack Obama adalah tipe orang yang tidak pernah memperdulikan apa yang orang lain katakan selama yang dia perbuat adalah benar. Beliau akan selalu memandang ke depan sesuai visi/misinya.
Dari biografi yang saya baca (Barack Hussein Obama: Kandidat Presiden Amerika Yang Punya “Muslim Connection”), jelas sekali pengalaman politik beliau selalu jadi pro-kontra. Alasannya adalah karena Obama adalah keturunan Kenya (kulit hitam) dimana minoritas dianggap tidak pantas memimpin. Banyak lagi saingannya berusaha menjatuhkan dengan kontroversi nama dan agama. Obama memiliki nama Barack Hussein Obama yang sangat identik dengan agama Islam, tetapi Obama menghilangkan nama Hussein tersebut tanpa sebab yang jelas, inilah yang banyak dipermasalahkan orang lain.
Tak sampai disitu, ada lagi isu agama Obama yang tidak jelas, karena beliau baru dibaptis kristiani saat memasuki suatu lembaga swadaya berbasis Kristen. Pihak oposisi menjatuhkan Obama dengan menuduh bahwa dia memeluk Kristen, ada lagi yang menyatakan beliau murtad dari Islam, agama yang dianut ayah kandung dan tirinya, hanya demi merebut karier politik di Amerika. Tujuannya adalah untuk mengurangi suara yang diterima oleh Obama.
Namun, apa tanggapan Obama? Tidak ada. Lepas dari semua olok-olok tersebut, Obama tidak memperdulikan masalah nama, ras dan agama yang mengucilkannya. Dia tetap berani maju dan lebih menunjukkan kelebihan-kelebihannya dibandingkan mengklarifikasi isu-isu ras dan agama yang menyerang dia.
2. Kemandirian.
Di umur 10 tahunnya, Obama sudah tidak lagi di Indonesia. Karena adanya perceraian ibunya dengan ayah tirinya, Loro Soetoro, Ibunya mengirim Obama kembali ke Honolulu untuk tinggal bersama kakek-neneknya. Hanya tinggal di rumah kayu sederhana tanpa orang tua kandung, Obama benar-benar mandiri. Dia tidak pernah mengeluh dan selalu fokus ke pendidikan.
Saat umur 18 tahun, Obama sudah menyadari adanya konflik rasisme di tengah-tengah orang-orang berkulit putih di negara Amerika Serikat. Namun, Obama dapat membalikkan itu semua, Obama memanglah anak yang pintar, berprestasi baik dalam pendidikan dan non-pendidikan hingga mendapat beasiswa. Berkat ini semua, Obama dapat berkuliah di Universitas Columbia dan menepis seluruh isu rasisme terhadap dirinya sendiri.
3. Idealisme dan ketekunan terhadap cita-cita.
Obama benar-benar sangat peka terhadap cita-citanya. Mulai dari awal, dia sudah membentuk tangga-tangga kecil untuk menggapai cita-citanya. Dalam buku biografi tulisan Anwar Holid, Maya (adik tiri Obama) & Ibunya pernah mendengar bahwa Obama kecil pernah mengatakan bahwa ia ingin menjadi presiden kulit hitam pertama di AS.
Terbukti, lepas dari ilmu politik Colombia University, dia tidak melamar pekerjaan, melainkan mulai membangun fondasi idealisme politiknya dengan melamar ke banyak lembaga swadaya masyarakat dan berujung ke Calumet Comunnity Religious Conference di bawah naungan United Church of Christ (UCC). Tugas dia saat itu adalah menanangani proyek penduduk miskin. Tidak hanya itu, Obama juga berhasil membangkitkan nama UCC di tengah masyarakat hingga akhirnya Obama diapresiasikan dengan beasiswa ilmu hukum di Harvard University.
Fondasi politik Obama kembali dibangun dengan menjadi pengacara sipil hingga dosen di bidang hukum konstitusi. Dari titik inilah, Partai Demokrat mulai menilik keberhasilan Obama ini. Idealisme dan ketekunan Obama ini akhirnya berbuah hasil saat dia berhasil menjadi Senat Illinois 1997 – 2004 hingga akhirnya di tahun 2005 Obama naik level menjadi senator Amerika Serikat. Kepopuleran politik Obama semakin berkembang. Inilah yang akhirnya menghantarkannya memasuki dunia politik sebagai seorang presiden di tahun 2008.
4. Audacity of Hope (Keberanian untuk Berharap)
Obama benar-benar mengandalkan dan mengajarkan semua orang untuk berani berharap. Melalui bukunya, Obama menyampaikan memang lebih mudah untuk sinis, menyerah karena begitu banyak kesengsaraan & kesedihan di dalam diri sendiri, terjadi perang, kelaparan di tengah dunia, tetapi sikap yang benar adalah berharap karena menuntut keberanian mengambil resiko dan ketegaran. Ia mengajak setiap orang untuk berani maju menghadapi persoalannya, menghadapi cita-citanya dengan mulai berani untuk berharap. Dengan keberanian berharaplah, Obama melupakan kekalahannya pada senat tahun 2000 dan berani mencalonkan diri sebagai Presiden.
“saya tahu kemana harapan membimbing kita. Saya tahu apa yang terjadi di Amerika. Tatkala harapan bukan hanya sebagai retorika kampanye, itu sebagai perkara hidup saya, perkara yang akan saya kerjakan, kerjakan dan perjuangkan sebagai presiden anda.”
5. Ada beberapa karakter Obama lainnya yang menjadikan dirinya sosok pemimpin yang tepat, seperti kharismatik, kesederhanaan, cerdas, rendah hati, kedermawanan, toleran dan kredibilitas. Hal ini terlihat saat menjadi senat, bagaimana Obama dapat mengayomi setiap etnis serta selalu toleran terhadap perbedaaan yang ada. Lainnya, Obama juga selalu sederhana dan rendah hati walaupun sudah menjadi Senator Amerika Serikat.
Lalu, Tanggal 4 November 2008, Barack Obama mengalahkan John McCain dan menjadi orang Afrika Amerika pertama yang terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat. Di Pemilu Presiden AS berikutnya di November tahun 2012 ini, untuk kedua kalinya, Barack Obama kembali berhasil menjadi petahana yang memenangkan pemilu mengalahkan Mitt Romney.
Berikut ini, saya menangkap beberapa karakter kesuksesan Obama setelah terpilihnya menjadi Presiden:
- Konsisten
Selama hampir beberapa tahun menjabat, saya melihat bahwa Obama bukanlah orang yang sifatnya berubah kala sudah memimpin. Sifat terbuka, sederhana, toleransi dari Obama bukanlah hanya pencitraan pemilu saja. Semangat kesederhanaan, keterbukaan dan komitmen tehadap rakyar bawah dan mau turun langung ke lapangan adalah faktor nyata kepercayaan publik pada Obama.
- Ketegasan dan Keberanian
Di balik sifatnya tersebut, saya melihat Obama sangat tegas dalam menentukan bahwa keputusan-keputusan yang ada. Salah satu yang paling mencolok adalah ketegasan Obama untuk tetap mendukung Israel sebagai sekutunya dalam konflik Israel-Palestina. Obama tetap mengikuti keputusan presiden sebelumnya dengan tidak gentar mendapat banyak intervensi dari negara-negara lain dan Obama mengaku siap menerima itu. Ada lagi, ketegasan Obama tanpa takut ada tekanan dari pihak oposisi, Obama melegalkan aborsi secara nasional dengan alasan itulah hak wanita. Tidak hanya itu, Obama dengan terang-terangan mengkritik Hillary Clinton yang mendukung kebijakan Presiden George W. Bush terhadap perang Irak.
- Menepati Janji
Secara rata-rata, janji kampanye Obama dapat ia wujud nyatakan seperti kebijakan luar negeri dan isu sosial. The Wind of Change yang diusung oleh Obama untuk mengkritis kepemimpinan Presiden George W. Bush adalah perang melawan Irak. Obama melihat bahwa perang Irak akan hanya mendatangkan kesengsaraan bagi kedua belah pihak apapun alasannya.Dalam kepemimpinannya, Obama berhasil menarik pasukan tentara AS dari Irak demi menyelesaikan perang Irak yang berkepanjangan. Isu sosial dan rasisme sedikit demi sedikit diselesaikan Obama.
Dia dengan berani menentang diskriminasi sosial seperti merangkul kaum minoritas kulit hitam, kaum muslim ataupun kaum yahudi di Amerika. Bahkan banyak orang-orang berpendapat bahwa dengan hadirnya Obama, negara Amerika telah berubah menjadi negara yang punya hati nurani.
Secara keseluruhan, itulah karakter sukses yang dapat saya lihat dan pelajari dari seorang Barack Hussein Obama. Sebagai calon presiden Amerika Serikat, kehadiran Barack Obama seperti sebuah oase dalam kegersangan rakyat Amerika Serikat dengan visi perubahan dengan torobosan pembaruan. Walaupun saya tidak bercita-cita menjadi presiden, namun dari Obama saya belajar, dengan apa adanya kita mari berani untuk berharap dengan melepas segala keminoritasan kita diantara kaum minoritas laiinnya. Hal inilah yang semakin menguatkan saya untuk menggapai impian saya.
Catatan : Tulisan ini juga pernah saya jadikan tugas tentang tokoh pemimpin untuk mata kuliah “Kapita Selekta Pengembangan Kepribadian”.
No comments:
Post a Comment